Penjelmaandari Dewa Indra atau sering disebut Dewo Indra. memiliki kemahriran ilmu memanah dan sudah di anggap oleh Drona. selain nama Permadi, Arjuna juga memiliki nama panggilan yang lainnya yaitu Dhannjaya, Kirti, Partha. Arjuna memiliki sifat atau watak yang pendiam, sopan santu, lemah lembut, teliti, berani, cerdik dan mampu melindung ďťża. Teknik Dasar Tatah Sungging Wayang Teknik tatah sungging wayang melalui banyak tahapan antara lain 1 Mentah Mentah adalah proses pelubangan kulit/mengukir kulit menggunakan mata tatah dengan motif tertentu. Didalam pembuatan wayang kulit lazim disebut natah. Sebelum melakukan proses penatahan maka kita harus mengenal proses pengolah kulit terlebih dahulu menjadi kulit wayang atau sering disebut lulang Marwoto W, 1985 13. 2 Pengolahan Kulit Kulit adalah bagian tubuh yang berguna untuk melindungi diri dari pengaruh luar. Kemampuan melindungi diri dengan kulit ini berbeda hewan satu dengan lainnya. Perbedaan ini masih tampak pada kulit hewan setelah dilepas dari tubuh hewan yang telah disembelih Djojowidagdo S, 1985 6 Pengolahan kulit memerlukan alat dan bahan antara lain kulit sapi/kerbau/kambing, pethel, pisau raut, Tali tampar, plangkan penthangan, ember perendam, setelah proses penyembelihan dan pengambilan kulit hewan maka kulit kemudian diolah untuk menjadi bahan yang lazim disebut lulang. Pengeringan kulit tersebut dengan cara dibersihkan dari gajih dan daging, kemudian dipenthang, dibersihkan bagian kulit dalam, dibiarkan kering selama 24 jam, dilepaskan dari penthangan, direndam air, selama 12 jam kemudian dipenthang lagi, dilakukan pembersihan daging dan kotoran lain yang melekat di dibiarkan kering selama 24 jam, kemudian dilepas, direndam dengan air garam selama 12 jam, kemudian dipenthang lagi selama 24 jam, dibersihkan bulu-bulunya dikerok dan dibiarkan kering, sambil terus ditarik. Dengan tali tampar penthangan agar mengembang dan menipis. Sampai benar-benar kering dan bersih dari bulu dan kotoran lainya. Setelah cukup kering, dan bersih kulit kemudian diambil dari pethangan dan telah selesai menjadi lulang, siap untuk dibuat sebagai bahan utama pembuatan wayang kulit. 3 Teknik Memahat Wayang Kulit Memahat wayang kulit melalui 7 tahap yaitu a Cara memegang pandukkan Panduk sering juga disebut pandukkan, merupakan alat dalam memahat wayang yang fungsinya sebagaialas atau landasan dalam memahat. Panduk dibuat dari batang kayu sawo yang dipotong secara melintang. Ketebalan panduk tergantung pada selera dan kebutuhan. Permukaan potongan tersebut dihaluskan. Batang yang masih mengandung getah tentu saja belum dapat digunakan. Kayu sawo yang dipilih sebagai panduk karena seratnya yang boleh dikatakan halus sehingga tidak mudah merusak pahat. b Tahap Nggebing adalah proses pembuatan pola global wayang pada lulang, direndam selama 12 jam, digebing diatas papan gebingan dengan dipaku bagian tepi sambil ditarik kencang tetapi tidak sobek, untuk menghasilkan kulit yang rata, dikeringkan selama 12 jam. Apabila sudah kering lulang diambil dari gebingan dan diratakan kembali menggunakan pasah. c Selanjutnya adalah Tahap pembuatan pola detail atau sering disebut Nyoreki. Ada 2 macam cara yang bisa digunakan yaitu system ngeblak menempel wayang yang sudah jadi kemudian mecorek dengan paku corekan dan system nggambar menggunakan kertas kalkir. Setelah proses corekan selesai akan tampak pola jadi. d Tahap selanjutnya adalah Ngapangi yaitu proses penatahan tokoh wayang pada pinggir pola melepas bagian luar wayang Kulit. e Dilanjutkan dengan proses menatah isen mecahi wayang kulit ; dengan cara menatah motif bagian dalam wayang kulit yang memiliki pola-pola mata tatah besar, dilanjutkan pada pola yang kecil lazim disebut Nggempuri dan yang lebih rumit lagi yaitu Mipili. Dengan diawali bagian yang menumpang/menutup ke bagian yang ditumpangi/ditutup dari luar ke dalam. f Setelah selesai kemudian menatah bagian wajah lazim disebut Mbedahi. Bagian ini sangat sulit dilakukan terutama untuk wayang alusan yang memiliki wanda khas. g Tahap paling akhir dari proses natah adalah Mlimpingi, yaitu menumpulkan bagian pinggir wayang agar tidak tajam dan ngamplas untuk memperhalus wayang. Dan setelah selesai maka bisa dibesut sebagai wayang putihan belum diwarnai Suyadi, 2010 18. b. Pengertian Sunggingan atau Menyungging Wayang Kulit Sunggingan, kata dasar sungging, dan merupakan kata benda, sungging artinya lukisan perhiasan berwarna dengan cat, sedangkan juru sungging artinya pelukis seni sungging artinya seni membuat gambar perhiasan. Proses pengerjaanya sehingga menghasilkan lukisan atau perhiasan dengan cat disebut menyungging. Dalam kaitanya dengan wayang, yang dimaskdu dengan sunggingan ialah hasil dari menyungging, sedangkan kata sunggingan merupakan kata pasif kata menyungging Poerwadaminta, 1976 796. Nyungging, adalah proses pewarnaan wayang kulit yang menggunakan teknik grdasi. Ada 2 jenis yaitu sunggingan wayang lazimnya dan sunggingan wayang bathik. Perbedaanya pada teknis dan penggunaan warna serta coraknya. Jika pada sunggingan wayang menggunakan tehnik pakem wayang, banyak warna jika bathik tergantung pada kreativitas pemulas. Biasanya terdiri dari 2 macam warna dominan. Warna inti/primer terdiri dari 6 yaitu 1 Prada emas/brom 2 Merah 3 Kuning 4 Hitam 5 Putih 6 Biru Untuk menghasilkan warna sekunder dengan menkombinasikan warna inti yaitu 1 Hijau Biru dicampur kuning 2 Jingga Kuning dicampur merah 3 Ungu Merah dicampur Biru 4 Cokelat Kuning dicampur hitam 5 Wana muda warna inti diampur warna putih kecuali emas. c. Teknik Dasar Mewarnai atau Menyungging Teknik dasar mewarnai dalam membuat wayang ada 7 tahap yaitu 1 Mutihi atau Ndasari proses pendasaran wayang dengan warna putih yang diperoleh dari campuran lem rakol, air dan cat tembok berkualitas 2 Mulas atau Nyungging Proses pewarnaan dengan mengutamakan warna dominan terlebih dahulu sesuai motif dan corak tatahan dengan system gradasi dari warna muda ke warna tua pada bagian perabot pakaian, 3 Ngawak-awaki lazzim menggunakan prada emas/brom adalah proses pemberian warna awak-awakan biasanya bewarna emas. Jika menggunakan prada emas ada tehnik tersendiri yaitu, pulaskan lem khusus warna kuning pada prada tips rata, kemudian lembaran kertas prada emas dibagian belakang diolesi air, kemudian ditempelkan secara merata. 4 Nrenjemi Proses pemberian isen dengan warna hitam/tua berupa titik-titik kecil 5 Nyawi Proses pemberian isen dengan warna hitam/tua berupa 6 Waler Proses pembedaan wujud benda yang saling terikat menggunakan titik/garis atau batik 7 Ngedus atau Mbabar Proses pelapisan akhir setelah pulasan benar-benar kering dengan menggunakan campuran air dan lem rakol bening yang sudah dimasak sampai mendidih, setelah dingin diusapkan tipis dan merata untuk pengawetan dan tahan hama Joko Krisnanto, 2009 3. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa tatah sungging wayang adalah proses pembuatan wayang melalui proses pelubangan kulit/mengukir kulit menggunakan mata tatah dengan motif tertentu, dan setelah menjadikulit wayang disebut lulang maka proses selanjutnya adalah menyungging dengan memberikan warna pada wayang tersebut. 3. Pedalangan a. Pengertian Dalang Kata Dalang menurut kereta bahasa bahasa Jawa yang dapat diartikan ngudal piwulang atau menguraikan ajaran serta permasalahanya. Dalang juga disebut sebagai sutradara dalam teater adalah seorang seniman yang memainkan wayang bertugas menjalankan tokoh dan cerita, ngudal piwulang, memberikan hiburan dan ajaran. Menggunakan busana kejawen jangkep yangharus mampu menguasai teknik dasar, antara lain tentang lakon wayang, sarasilah tokoh wayang, kawruh bahasa Jawa, titi laras atau tembang pelog, slendro, macapat, gendhing, dhodhogan, keprakan, sabet, catur, dan sulukan Kristian Apriyanta, 2005 79. Sabetan gerak wayang adalah cara-cara memainkan boneka wayang, yang terdiri dari 1 Tanceban cara menancapkan wayang pada debog yang harus memperhatikan kedudukan karena debog terdiri dari 2 tingkat. 2 Bedholan cara mencabut wayang. 3 Solah langkah cara memainkan wayang sesuai karakter wayang. 4 Perang cara berperang yang juga memiliki aturan jika tokoh lebih muda dan derajat lebih rendah tidak boleh memegang atau mengenai kepala, jika menggunakan mahkota. 5 Jogetan cara menggerakkan bagian tubuh wayang sesuai dengan iringan biasanya digunakan untuk lelakon pada punakawan atau limbukian. Dalam seni pedalangan suluk itu menempati kedudukan yang penting sebab merupakan isyarat dalang kepada penonton, untuk meberitahukan suasana atau keadaan tenntang adegan yang akan digelar. Pagelaran wayang kulit itu dilakukan di depan layar putih yang menggambarkan jagat raya. Oleh karena pada layar tidak adasarana lainnya yang dapat dipakai untuk menggambarkansuasana suatu adegan. Maka sejak awal dam setiap pergantian adegan, dalang memberi isyarat atau keterangan tentang keadaan serta adegan yang hendak digelar. Sedangkan cara memberikan isyarat tersebut dengan melagukan, itulah yang dinamakan suluk. Dalam ilmu pedalangan, suluk dibagi tiga bagian besar yaitu 1 Pathetan digunakan untuk membangun suasana tentram, agung, wibawa sedang instrumen yang mengiringi rebab, gambang, dan suling. 2 Ada-ada digunakan untuk membangun suasana penuh semngat dan diserta suasana gedhog dan keprak. 3 Sendhon digunakan untuk membangun suasana sedih, rasa kasihan dan kasmaran. Dengan cara demikian dalang dapat menarik perhatian para penonton, sehingga penonton dapat ikut serta merasakan suasana pergelaran yang sedang berlangsung. Kecuali suluk, dalang juga harus pandai dalam menceritakan segala sesuatunya dalam pergelaran dengan suara jelas dan dapat memisah-misahkan setiap suara tokoh, ksatria yang wibawa, dan dengan suara yang berfariasi, berganti-ganti, lantang, lebut, tegas, disertai dengan pengucapan yang terdengar jelas. Isi bicaranya penuh dengan ajaran, falsafah hidup, berbagai kejidupan hidup. Juga harus dapat melawak, menguasai berbagai tembang, termasuk tembang dolanan, agar dapat yang termasuk catur adalah 1 Janturan adalah cara dalang untuk memberitahukan kepada penonton, menjelaskan dengan singkat adegan yang sedang digelar, keadaan keindahan suatu negara, tempat para putri, pertapaan. Serta siapa saja yang berada di tempat tersebut, termasuk gambaran sifat, watak tokoh yang bersangkutan. 2 Pocapan adalah suatu cara bagaimana dalang ketika hendak menceritakan atau mengetengahkan kelanjutan adegan cerita. Pocapan ini diucapkan tanpa diiringi bunyi gamelan. Dengan pocapan oleh dalang, penonton dapat mengetahui semua yang terjadi yang terkait dengan ceritanya. Ginem yaitu cara dalang mengetengahkan pembicaraan wayang, demikian juga percakapan antara tokoh atau figur wayang yang kadang-kadang lebih dari seorang. Dengan demikian dalang harus bisa memisahkan suara, antara laki-laki dan wanita dan juga suara yang dapat menunjukkan perwatakannya, lemah lembut, atau pemarah, banyak bicara. Semakin pandai dalang dalam olah suara, memisah-misahkan suara, serta terampil dalam membawakan pembicaraan sebenarnya, pergelaran akan semakin hidup. Dalang juga harus menguasai masalah gendhing. Seperti sudah diketahui bahwa jalanya pagelaran diringi sura gamelan yang dibunyikan menurut gendhing yang sesuai. Kesemuanya itu dalang yang akan memberi tanda-tanda, pilihan gendhing manakah yang akan dibunyikan, disertai isyarat tentang keras lemah menabuhnya. Demikian pula pemberian isyarat bila akan menghentikan bunyi gamelan. Sebagaimana diutarakan di atas, meberi aba-aba dengan menggunakan isyarat, dengan buni gedhog atau keprak, atau juga kata-kata sandi sambil mengakhiri pembicaraan yang diutarakan. Dengan diiringi bunyi gamelan yang kadang-kadang keras bersemangat, kadang-kadang punuh wibawa, menjadikan pergelaran semakin terasa hidup. Demikianlah pengertian tentang gendhing. Ternyata dalang juga harus menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai modal mendalang. Selain itu masih ada syarat yang harus dimiliki yaitu kekuatan. Seperti diketahui bahwa pergelaran wayang kulit itu dilangsungkan semalam suntuk. Dalam waktu yang cukup lama itu, dalang juga harus menjaga kekuatan badanya, dalam duduk bersila, suaranya tetap nyaring dan tidak parau. Demikian juga dalam memainkan boneka wayangnya, harus tetap bersemangat. Hal ini tidak mudah, harus disertai latihan agar badan tetap sehat dan segar. Ada diantara dalang yang mengusahakan dengan cara prihatin, sehingga memperoleh pengalaman batin atau ilmu. Dengan demikian ternyata dalang itu pantas dianggap orang yang lebih dari yang lain, termasuk dalam ngudal piwulang, menguraikan ajaran KRMH. H. Warsitodipuro, 2006 444. 4. Karawitan a. Pengertian Karawitan Karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapatkan awalanka dan akhiran an. Rawit berarti halus, lembut. Secara epitimologis, istilah karawitan juga ada yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapatkan yang mendapatkan awalan, ka dan akhiran an. Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit. Rawit berarti halus, kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan kecil, renik, rinci, halus, atau indah. Penambahan awalan ke atau ka dan akhiran an pada kata dasar rawitmengubah bentuk kata dasar menjadi kerawitan atau karawitan, yang merupakan kata benda. Adapun istilah karawitan berasal dari penyingkatan bunyi pengucapan sku kata karadalam karawitan menjadi kra. Agak dekat dengan kara rawit, juga dikenal kata lain yang setara artinya, misalnya kata ruwit, hangruwit, angruwit, hangrawit, angrawit, ngrawit, hangruwet, angruwet, ngruwet, ruwet, rumet, atau rumit. Semua kata mengacu pada pengertian yang sama, yaitu kecil, rinci, bagian, atau bagian-bagian kecil, rinci, rincian, bagian, atau bagian-bagian yang sangat kecil ukurannya. Istilah kawaitan sering juga diartikan sebagai kehalusan atau keindahan. Selain itu, secara umum ada juga yang mengartikan sebagi musik tradisional Indonesia. Karawitan juga mempunyai dua arti yaitu arti umum dan khusus. Dalam arti umum, berarti musik Jawa tradisional, dalam arti khusus adalah seni suara vokal, yang dikemas dengan instrumentalia yang berlaras slendrodan pelog. Secara khusus, istilah karawitan lebih mengacu pada pengertian seni suara yang menggunakan gamelan laras slendro dan laras pelog. Pengertian inipun sesungguhnya masih sangat kasar, karena pada kenyataanya, di dalam karawitan terdapat medium suara manusia atau karawitan vokal, suara instrumen gamelan atau karawitan instrumental, dan gabungan keduanya atau karawitan vokal instrumental. Dalam pengertian umum dan khusus, lalu muncul berbagai istilah yang disebut gendhing sekar dan sekar gendhing. Gendhing sekar, adalah alunan suara dalam karawitan yang dibarengi sekar atau tembang. Sedangkan sekar gendhing, berupa tembang yang diiringi gamelan. Jadi karawitan adalahsebuah garapan manis antara vokal dan gamelan sehingga membentuk alunan suara yang indah dan nikmat Suwardi Endraswara, 2006 24. Secara fungsional, karawitan banyak dipergunakan dalam berbagai keperluan seni pertunjukkan tradisional Jawa . Masing-masing mempunyai ciri penyajian yang khas. Karawitan dapat berdiri sendiri dalam sajianya, serta dapat disajikan sebagai iringan seni yang lain. Berdasarkan fungsinya, karwitan dibagi menjadi empat, yaitu 1. Karawitan sebagai iringan lagu atau dolanan rakyat, 2. Karawitan sebagai seni pertunjukkan yang dibagi lagi menjadi a. Karawitan iringan pedalangan, adalah jenis karawitan yang bisa dipergunakan untuk mengiringi pegelaran wayang, dengan acuan pathet telah tertentu, meskipun wayang model sekarang telah berubah-rubah memilih iringan, b. Karawitan iringan tari, baik tari klasik maupun tari kresasi baru, dengan sajian gendhing yang bermacam-macam, lebih lincah, ada juga yang anggun, pelan, tergantung tariannya, c. Karawitan iringan teater tradisional, 3. Karawitan untuk pagelaran mandiri atau unyon-unyon, dan 4. Karawitan untuk upacara, biasanya memanfaatkan gendhing skralatau agung, seperti gamelan sekaten, carabalen, dan monggang Suwardi Endraswara, 2006 25. Karawitan juga dapat diartikan sebagai suatu keahlian, keterampilan, kemampuan, atau seni memainkan, menggarap, atau mengolah suatu gendhing, sehingga menjadi bagian-bahian kecil yang bersifat renik, rinci, dan halus. Secara keseluruhan bagian-nagian kecil tersebut membentuk suatu susunan, komposisi, dan kumpulan berbagai nada, warna suara, dan suara manusia yang bersifat indah, berirama, seimbang, dinamis, serasi, serta memberikan kesan,citra dan suasana tertentu. Komposisis tersebut menggunakan suatu bentuk sistem, dan teknik tertentu, berlandaskan suatu kreativitas, rasa indah, kehalusan rasa, selera, penghayatan, dan kemampuan teknis memainkan alat musik tradisional Jawa , baik yang digunakan secara individual maupun kelompok Bram Palgunadi, 2002 7. 5. Tari a. Pengertian Tari Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, seni tari adalah satu bagian dari Tari adalah eksplorasi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah. Bisa disimpulkan bahwa tari adalah bentuk pernyataan imajinasi yang dituangkan melalui simbol atau lambang gerak berdasarkan simbol ruang dan waktu. Simbol dalam bentuk gerak tari tradisi telah mengalami distrosi atau stilasi dengan mempertimbangkan pada keindahan dan pesan yang disampaikan. Akibatnya, gerak bermakna menjelaskan maksud dan muatantari. Gerak yang mempunyai arti memberikan penjelasan maksud dan muatan tari disebut gerak maknawi, sedangkan gerak yang tidak mempunyai arti disebut gerak murni Soedarsono, 1992 32. Seni tari juga mempunyai arti keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat juga diberi arti bahwa seni tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang gerak berirama dan berjiwa besar yang harmonis. Tari juga mempunyai unsur-unsur yaitu 1 Bentuk adalah bentuk dari jari-jari tangan, pergelangan tangan, keseluruhan tangan, badan, leher, bahu, pinggul,kaki, lutut, dan pergelangan kaki. Bentuk ini dapat berdiri sendiri atau dipadukan, sehingga merupakan kesatuan. 2 Gerak adalah terdiri dari anggota-anggota badan manusia yang telah berbentuk, kemudiann digerakkan, gerak ini dapat sendiri-sendiri atau bersambungan dan bersama-sama. 3 Irama adalah setelah anggota-anggota badan manusia dibentuk dan digerakkan, maka bentuk dan gerak itu harus berirama. Dapat cepat ataupun lambat. 4 Jiwa adalah bentuk, gerak dan irama dilahirkan oleh jiwa manusia. Bentuk dan gerak ini untuk melukiskan apa yang dikehendaki manusia, maka melaksanakan harus dengan kemampuan menjiwai. Harmoni adalah keselarasan baik keselarasan gerak, suara, bentuk,warna, dan garis. Untuk membuat harmoni harus dipergunakan perasaan dengan didampingi pertimbangan-pertimbangan pikiran. Keselarasan atau keharmonian dalam tari artinya harus ada keseimbangan bentuk gerak, irama, ruang, pakaian, dan tari Bagong Kusudiarjo, 1981 16. b. Macam-macam seni tari Walaupun seni tari mempunyai beragam dan sifat yang berlainan, tetapi pada garis besarnya adalah 1 Tari untuk putra dan putri adalah tari yang dilakukan oleh pria dan wanita, antara tari untuk pria dan wanita ada perbedaan. Tetapi kenyataanya menunjukkan bahwa tari untuk pria banyak dilakukan oleh wanita. 2 Tari upacara keagamaan adalah dipertunjukkan untuk menyampaikan rasa bakti manusia kepada Tuhan. Tari untuk dipertunjukkan sebagai hasil seni yang lebih di titik beratkan pada seni keindahan dan kehalusan atau kedinamikannya. 3 Tari untuk dipertunjukkan adalah untuk mengemukkan pula berbagai ragam watak atau perwatakkan dan untuk melukiskan peristiwa-peristiwa yang langsung dapat menyentuh hati orang yang melihat. Tari untuk pergaulan atau hiburan adalah tarai yang menggunakan gerak dan irama yang sederhana dengan tujuan agar mudah dipelajari Bagong Kusudiarjo, 1981 18. c. Sifat-sifat seni tari Seni tari digolongkan menjadi tiga sifat yaitu 1 Tari primitif adalah lebih dikenal dengan tarian rakyat, ciri dari tarian rakyat yaitu sederhana, baik gerak, irama, pakaian,rias, maupun temanaya, yang biasanya semuanya dilakukan dengan spontanitas, tidak ada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang seragam dan tertentu. 2 Tari klasik adalah sebuah tari yang lahir dan tumbuh di daerah-daerah atau di sebuah negara yang dapat hidup dan berkembang disegala jaman, mengalami banyak perubahan yang menyangkut dari segi teknis, sedang ciri dan watak yang kuat, dalam perwujudan tari klasik lebih cenderung pada keabstrakan, kadang-kadang simbolik dengan latar belakang falsafah yang dalam. 3 Tari modern adalah sebuah tari yang dalam bentuk watak, jiwa dan iramanya sama sekali bebas dari ikatan, norma-norma dan hukum-hukum tari yang telah ada oleh karenanya dalam tari modern ini sasaran pokoknya 6. Sindhen a. Pengertian sindhen Sindhen adalah seorang wanita yang bertugas bermain vokal dalam iringan gendhing. Suara sindhen akan menjadi pemanis karawitan. Seorang sindhen akan mengandalkan vokal untuk menghiasi karawitan Suwardi Endraswara, 2006 21. Demikian pula pesindhen juga disebut swaraswati yaitu seniwati yang dalam pertunjukkan wayang kulit atau perhelatan lain menggunakan gamelan, bertugas sebagai swarawati lebih dari satu orang. K
Apayang disebut sebagai representasi akhirnya bukan semata- mata mengacu pada presentasi suatu realitas secara konkrit. Contoh dalam kehidupan sehari hari seorang siswa akan mengerjakan pr dengan tepat. KATA PENGANTAR. Zais di atas Ralph WTyler dalam Ornstein Hunkins1988 mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang
Sudah bukan rahasia lagi jika warisan budaya DiIndonesiaAja memang tak ada duanya. Selain keberagaman suku dan bahasa, Indonesia telah dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan nenek moyang, salah satunya seperti wayang kulit. UNESCO bahkan telah menetapkan wayang kulit berasal dari Indonesia sejak 19 tahun yang lalu, lho! Penasaran bagaimana seluk-beluk cerita wayang kulit yang bikin bangga ini? Simak penjelasan lengkapnya berikut ya, Sobat Pesona! Sejarah Wayang Kulit Berbicara tentang sejarah, wayang kulit memiliki banyak cerita dan sejarah yang menyebutkan bagaimana awal mula budaya ini tercipta. Beberapa di antaranya seperti kata wayang yang dipercaya berasal dari “ma Hyang”, artinya menuju spiritualitas Sang Kuasa atau kata wayang yang berarti teknik pertunjukan bayangan bayang/wayang di layar. Selain itu, ada pula teori yang menyebutkan bahwa wayang berasal dari totemisme suatu kepercayaan prasejarah yang mempercayai benda-benda keramat atau yang dinilai suci di Jawa. Wayang juga termasuk salah satu warisan budaya nenek moyang yang telah ada sejak sekitar sepuluh abad silam. Pertunjukan wayang sejak zaman dahulu pun telah diartikan sebagai pertunjukan dari gambaran watak atau sifat-sifat manusia. Cerita pewayangan juga dalam sejarah berfungsi sebagai saluran media dakwah agama Islam oleh Walisongo dan bagi umat Hindu biasanya cerita yang diambil berasal dari kitab Mahabrata. Selain itu, wayang juga berperan sebagai alat komunikasi, pendidikan, serta magis-religius seperti mitos kuno tradisional yang dipercaya oleh masyarakat pada zaman itu. Pembuatan Wayang Kulit Nah, wayang kulit ini dibuat menggunakan bahan dasar kulit kerbau yang telah dikeringkan dengan tambahan tanduk kerbau serta sekrup untuk melengkapi bagian siku serta gagang wayang agar pergerakannya terlihat lebih dinamis. Untuk proses pembuatannya, pertama-tama kulit kerbau harus dihilangkan bulu dan kotorannya dengan cara dikerik lalu didiamkan hingga satu bulan agar kualitas kulitnya semakin bagus. Setelah itu, kulit yang sudah kering akan digambar pola atau corek, sebelum akhirnya masuk pada proses tatah. Proses ini sangat memengaruhi bagaimana hasil wayang kulit nanti, karena wayang kulit yang berkualitas tinggi dilengkapi dengan tatahan yang halus dan perpaduan motif tatahan yang serasi. Tak selesai sampai di situ, wayang yang sudah ditatah kemudian harus diamplas agar permukaannya rata dan semakin halus. Lalu masuk ke tahap penyatuan seluruh bagian wayang kulit dan proses pewarnaan yang dalam bahasa Jawa disebut dengan sungging. Demi menghasilkan wayang kulit yang indah, proses pewarnaan bisa dilakukan hingga berkali-kali, lho. Nah, jika wayang kulit sudah diwarnai dengan sempurna, langkah terakhir adalah memasang cempurit alias gagang pada wayang. Jenis-jenis Wayang Ada banyak jenis-jenis wayang yang bisa Sobat Pesona temukan DiIndonesiaAja. Jika dikategorikan berdasarkan bahan pembuatannya, ada beberapa jenis wayang yang paling populer di Indonesia, yang pertama adalah wayang kulit yang terbuat dari kulit kerbau dan juga dikenal dengan nama wayang purwa. Wayang purwa ini pun memiliki turunan lainnya, yaitu berdasarkan gaya atau gagrak saat pertunjukan berlangsung. Kemudian ada juga wayang golek yang terbuat dari kayu dengan ciri khas bentuk tiga dimensinya, nih. Selain itu, ada jenis lain yang bernama wayang klithik dan punya keunikan saat dimainkan karena mengeluarkan bunyi "klitik..klitik.." karena bahan dasarnya terbuat dari kayu pipih. Dan yang terakhir ialah wayang beber, sebuah wayang berbahan kain lebar berisi gambaran atau lukisan cerita yang akan ditampilkan dalam pertunjukan wayang itu sendiri. Selain dari bahan pembuatan, ada juga jenis wayang lain yang cukup dikenal di Indonesia, yaitu wayang wong atau wayang orang. Seperti namanya, wayang ini dimainkan langsung oleh manusia sebagai tokoh dalam yang ada dalam pewayangan lengkap dengan busana dan riasan seperti wayang pada umumnya. Diakuinya Wayang Kulit sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO Pesona wayang kulit tak hanya membuat Indonesia merasa bangga, tetapi UNESCO pun bahkan telah menetapkan pertunjukan wayang kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya yang indah dan berharga sejak 7 November 2003, lho! UNESCO mengakui pertunjukan wayang kulit sebagai seni mendongeng kuno dari Indonesia yang telah berkembang selama sepuluh abad. Keren banget nggak nih, Sobat Pesona? Destinasi untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit Buat Sobat Pesona yang mau menyaksikan langsung bagaimana keseruan pertunjukan wayang kulit, ada banyak tempat pertunjukan wayang kulit di sepanjang kota-kota besar di Jawa Tengah hingga Jawa Timur, misalnya Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Banyuwangi. Umumnya, pertunjukan wayang digelar saat Festival Budaya atau di destinasi wisata sejarah, seperti Candi Borobudur dan Keraton Yogyakarta. Selain di Jawa, pertunjukan wayang kulit juga berkembang di daerah Pulau Bali yang dipertuntukan sebagai rangkaian acara pelengkap pada upacara-upacara adat dan keagamaan. Nah, itu tadi beberapa hal menarik yang bisa Sobat Pesona ketahui tentang salah satu warisan budaya kebanggaan Indonesia, wayang kulit. Yuk, kita bangga akan budaya wayang kulit sebagai bentuk nyata bentuk pelestarian budaya Nusantara! Dan, jangan lupa juga untuk selalu menerapkan protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun Sobat Pesona berada.
Wisatawayang wukirsari hadir sebagai pilihan destinasi bertema kebudayaan yang dikemas dengan keindahan alam. Terletak di Kecamatan Imogiri, Bantul yang berada di bawah kaki Gunung Hutan Pinus Mangunan. Beragam paket wisata dapat menjadi alternatif pilihan wisatawan untuk merasakan pengalaman berbeda dengan unsur kebudayaan yang tetap melekat.
Selamat datang di web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Peribahasa? Mungkin anda pernah mendengar kata Peribahasa? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, asal-usul, jenis, fungsi, isi, ragam, perkembangan dan manfaat. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan. Pengertian Wayang Wayang ialah suatu bentuk pementasan tradisional yang dihidangkan oleh seorang pencerita, dengan memakai boneka dan sejenisnya sebagai media pementasan. Pengertian lain dari Wayang ialah seni pementasan asli Indonesia yang tumbuh pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pementasan ini juga terkenal di jumlah kawasan seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga mempunyai beberapa budaya wayang yang termotivasi oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. Berikut ini adalah beberapa pengertian wayang menurut para ahli yaitu Wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh pada pertunjukan drama tradisional Bali, Jawa, Sunda, dsb, biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang Pusat Bahasa, 2008. Wayang merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang, yaitu yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi, yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang. Wayang merupakan pertunjukkan asli Jawa. Wayang adalah “Walulang inukir” kulit yang diukir dan dilihat bayangannya pada kelir. Wayang adalah sebuah kata bahasa Indonesia Jawa asli, yang berarti bayang-bayang, atau bayang yang berasal dari akar kata “yang” mendapat tambahan “wa” yang menjadi wayang. Mengatakan wayang adalah bayangan orang yang sudah meninggal, jadi orang yang digambar itu sudah meninggal, lebih lanjut ia menjelaskan kata wayang tadi dari suku kata wa dan yang. Wa trah yang berarti turunan, yang hyang yang berarti eyang kakek, atau leluhur yang sudah meninggal. Asal-Usul Wayang Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa Kuna, dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan 976 -1012, yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur-nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung 989-910, yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya dengan cerita asli versi In-dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri 1130 11160. Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “mawayang” dan aringgit’ yang maksudnya adalah pertunjukan wayang. Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang 1979, memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehistoric Research in the Netherland Indie 1945 dan tulisan Prof. K. Hidding di Ensiklopedia Indonesia halaman 987. Kata wayang’ diduga berasal dari kata wewayangan’, yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung sejenis seruling, dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita-cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan. Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit. Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan Mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjurnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem, yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem. Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di Pulau Jawa. Jenis-Jenis Wayang Berikut ini terdapat beberapa jenis jenis wayang, yakni sebagai berikut Wayang Kulit Wayang Kulit ialah salah satu kesenian tradisi yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Lebih dari hanay pementasan, wayang kulit dahulu diperankan menjadi alat untuk meditasi mengarah roh kebatinan para dewa. Wayang Bambu Kesenian ini diciptakan dan ditumbuhkan oleh Ki Drajat yang serentak pencerita dan penciptanya. Wayang bambu tersebut diciptakan dari bambu, lebih akuratnya dari ranting bambu bagian dalam. Wayang Golek Wayang golek ialah suatu seni tradisional asal daerah Sunda pementasan wayang yang tercipta dari boneka kayu, yang tekemuka sangat terkenal di kawasan Tanah Pasundan. Kawasan tranmisinya terhampar luas dari Cirebon di sebelah timur hingga kawasan Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat kadang kala juga dipentaskan pementasan wayang golek. Wayang Orang Wayang orang ialah wayang yang diperankan dengan memakai orang menjadi aktor dalam alkisah wayang tersebut. Fungsi Wayang Wayang sebagai penggambaran alam pikiran Orang yang dualistik. Ada dua hal, pihak atau kelompok yang saling bertentangan, baik dan buruk, lahir dan batin, serta halus dan kasar. Keduanya bersatu dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Wayang juga menjadi sarana pengendalian sosial, misalnya dengan kritik sosial yang disampaikan lewat humor. Fungsi lain adalah sebagai sarana pengukuhan status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar. Wayang juga menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan, dan pendidikan. Isi Kandungan Dalam Wayang Berikut ini terdapat beberapa isi kandungan dalam wayang, yakni sebagai berikut 1. Wayang Berupa “Momot Kamot” Wayang ialah alat pementasan yang dapat berisi semua bentuk kehidupan manusia momot kamot. Gagasan manusia, baik terikat dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum serta pertahanan ketenteraman bisa tercantum di dalam wayang. 2. Wayang Berisi Tatanan, Tuntunan, dan Tontonan Di dalam wayang berisi tatanan, yakni suatu asas yang berisi tata susila. Asas tersebut dipahami dan dijadikan petunjuk bagi para seniman pencerita. Di dalam pementasa wayang berisi tata cara main dan alur pencerita dan macam mana melakonkan wayang, secara bebuyutan dan mentradisi, lama kelamaan menjadi objek yang dipahami sebagai petunjuk. 3. Wayang Sebagai Teater Total Pementasan wayang dapat dilihat sebagai pementasan teater total, maksudnya menyediakan bentuk-bentuk seni secara total. Dialog antar aktor, mimik narasi, kebatinan, kombangan ialah faktor-faktor penting dalam dramatisasi. Ragam Wayang Secara umum orang menganggap cerita wayang identik dengan cerita Ramayana atau Mahabarata dan cerita-cerita yang berinduk pada kedua cerita itu Namun, sebenarnya, masih ada cerita-cerita dari sumber lain yang juga dipergelarkan dalam bentuk seni wayang. Di antara cerita wayang yang menonjol selain Ramayana dan Mahabarata, adalah cerita Panji, cerita Menak, dan juga cerita yang bersumber pada babad. Cerita Panji walaupun sudah ada sejak zaman Demak, baru mulai dikenal luas sejak zaman pemerintahan Paku Buwana IV 1788-1820. Wayang yang kemudian diciptakan untuk mempergelarkan cerita Panji itu sering disebut Wayang Gedog. Tokoh peraga Wayang Gedog tidak ada yang memakai gelung capit urang seperti Arjuna, Bima, tetapi semua rambutnya diurai di punggung. Latar belakang cerita Panji adalah zaman Jenggala, Kediri dan Ngurawan. Cerita Menak berdasarkan Serat Menak yang bersumber dari Kitab Qissai Emr Hamza dari kesusasteraan Persia pada zaman pemerintahan Sultan Harun Al Rasyid 766 – 809. Di daerah Melayu Riau, kitab itu diteijemahkan dan diberi judul Hikayat Amir Hamzah. Pada Serat Menak, beberapa bagian dari cerita itu pun mengalami penyesuaian dengan alam Indonesia, terutama nama dan gelar tokoh-tokohnya. Misalnya, tokoh cerita yang aslinya bernama Badi’ul Zaman, diubah menjadi Imam Suwangsa; Unekir menjadi Dewi Adaninggar. Pengubahan nama-nama tokoh ini terutama dimaksudkan untuk penyusaian pada pengucapan lidah orang Jawa dan juga kenyamanan telinga yang mendengarnya. Cerita Babad yang diambil sebagai sumber cerita wayang antara lain adalah Babad Demak, Babad Pajang, hingga Babad Mataram. Dari sumber cerita babad itu terciptalah jenis-jenis wayang baru, antara lain Wayang Kuluk, Wayang Dupara, Wayang Jawa, dll. Namun jenis-jenis wayang, yang disponsori pihak keraton, itu akhirnya tidak dapat memasyarakat. Selain merupakan bentuk pergelaran dan tontonan, sejak dulu wayang juga digemari sebagai suatu karya sastra. Pada zaman Kerajaan Kahuripan, Jenggala, Kediri, dan Majapahit, karya sastra wayang masih terbatas penggemarnya di lingkungan kerabat keraton. Namun, sejak zaman Kerajaan Demak, sastra wayang mulai diperkenalkan pada masyarakat luas di luar tembok keraton. Sesuai dengan jiwa kerakyatan yang dimiliki oleh para wali terutama Sunan Kalijaga, sastra wayang pun sedikit demi sedikit dikenal rakyat. Hal ini sejalan dengan usaha para wali, terutama Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang sebagai sarana dakwah agama Islam. Sastra wayang yang terkenal dari zaman ke zaman antara lain adalah Yang berinduk pada Kitab Mahabarata dan Ramayana, masing-masing karya sastra Wiyasa dan Walmiki, pujangga India, adalah kitab induk cerita wayang. Dari kedua kitab itulah kemudian digubah puluhan karya sastra lainnya oleh para pujangga Indonesia. Ramayana Jawa Kuna adalah salah satu gubahan tertua yang diketahui cerita wayang yang berujud karya sastra. Pengarangnya, menurut Kitab Saridin adalah Empu Pujwa, ditulis di zaman Kerajaan Mamenang Kediri Namun, menurut kitab-kitab di Bali, pengarang buku itu adalah Empu Yogiswara, ditulis tahun 1016 Saka, atau 1094 Masehi. Jadi, menurut sumber Bali ini, gubahan itu dikerjakan beratus tahun sebelum zaman Kediri. Cerita gubahan tua lainnya adalah Mahabarata Jawa Kawi yang ditulis pada zaman pemerintahan Prabu Dharmawangsa Teguh, Kahuripan, tahun 991 -1016. Penulisnya tidak diketahui. Empu Prapanca, pada awal abad ke-14 menulis Kunjarakarna Kakawin. Sedangkan Arjuna Wiwaha Jawa Kuna ditulis oleh Empu Kanwa di zaman pemerintahan Prabu Airlangga. Karya sastra lainnya antara lain adalah Kresnayana Kakawin karangan Empu Triguna, Baratayuda karangan Empu Sedah dan Empu Panuluh, Gatotkacasraya karya Empu Panuluh, dan Hariwangsa yang juga karangan Empu Panuluh. Perkembangan Wayang Seperti juga cabang seni lainnya, seni wayang pun selalu berkembang dari tahun ke tahun, sesuai tuntutan zaman, dan sesuai pula dengan perkembangan apresiasi masyarakat terhadap seni wayang. Bentuk peraga tokoh wayang untuk cerita Mahabarata dan Ramayana, berkembang dari bentuk tokoh cerita Ramayana dan Mahabarta pada relief beberapa candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada awalnya, bentuk tokoh-tokoh wayang itu masih agak realistik. Sesuai dengan perkembangan tingkat apresiasi seni masyarakat, seniman wayang dari waktu ke waktu berhasil menyempurnakan seni kriya wayang yang mencapai puncaknya pada awal abad ke-20 ini. Pengubahan bentuk tokoh peraga wayang dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, yang mencolok adalah penggambaran Gatotkaca yang dulu berupa raksasa, menjadi ksatria gagah yang mirip dengan Bima. Pengubahan ini terjadi pada masa pemberintahan Sunan Amangkurat III. Wayang Masa Kini Di antara jenis-jenis wayang yang ada di Indonesia, yang paling memasyarakat pada zaman Indonesia Merdeka adalah Wayang Kulit Purwa dan Wayang Orang. Di daerah mana pun di Indonesia ini, pergelaran Wayang Kulit Purwa selalu mendapat pengunjung yang melimpah. Selain itu, penjualan kaset Wayang Kulit Purwa yang dibawakan oleh dalang-dalang terkenal, tergolong kaset yang laris. Rata-rata sebuah lakon Wayang Kulit Purwa lengkap dapat direkam dalam enam sampai delapan pita kaset. Dengan beredarnya pita-pita kaset Wayang Kulit Purwa, maka makin sering orang mendengarkan lakon-lakon wayang. Apalagi sejak tahun 1970-an makin banyak radio swasta niaga yang membuat acara siaran tetap Wayang Kulit semalam suntuk pada hari-hari tertentu setiap minggunya. Wayang di Mata Orang Barat Sebagai salah satu produk budaya, dan kebudayaan itu bersifat universal, seni wayang bukan hanya menarik dan diminati oleh bangsa Indonesia, juga oleh bangsa asing. Cukup banyak peneliti bangsa Barat, terutama Belanda, yang menulis buku mengenai wayang dan dunia pewayangan. Namun, sebagian buku yang ditulis orang Barat, umumnya membahas seni wayang dari segi eksoterinya saja, hanya berdasarkan pengamatan seni wayang dari “luar” atau lahiriahnya. Banyak orang, terutama bangsa Barat, menginterpretasikan sebuah pertunjukan Wayang Kulit sebagai shadow play, atau schduwenspel permainan bayang-bayang. Interpretasi demikian bertolak dari penglihatan indera mata adanya sebuah layar kelir yang permukaannya diterangi sebuah blencong, dan dengan demikian timbul bayang-bayang hitam bilamana di depan kelir itu dimainkan boneka wayang sudah barang tentu yang terlihat di balik kelir. Anggapan demikian terlalu naif, dangkal. Wayang di Negara Lain Karena pergaulan antar bangsa sejak berabad-abad lalu, budaya wayang sudah pula dikenal dan menyebar ke luar Indonesia. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Kamboja, dan Thailand juga sudah memiliki budaya wayang. Bahkan Cina dan India pun, meskipun dalam format kecil, punya budaya wayang. Bentuk peraga tokoh-tokoh wayang di berbagai negara itu beda dengan wayang yang dikenal di Indonesia. Kegandrungan masyarakat di negara-negara itu juga tidak sebesar di Indonesia. Wayang Cina Cina kaya akan seni pertunjukan wayang yang sampai sekarang masih hidup di tengah-tengah masyarakatnya. Asal mula Wayang Cina pada mulanya merupakan bagian upacara kematian, kemudian baru pada dinasti Han 23-330 M pertunjukkan wayang menjadi suatu bentuk tontonan hiburan. Wayang India Wayang Malabar adalah nama salah satu wayang di India yang teknis pertunjukannya dengan permainan bayang-buyang. seperti juga wayang kulit purwa Indonesia. Di India wayang dengan teknis bayang-bayang berkembang di berbagai daerah yakni di bagian selatan, di timur kerala, di Karnatak, di Andra Pradesh dan di Orissa. Menurut gaya dan jenisnya terdapat empat gaya yang bentuk dan fungsinya berbeda-beda yakni Waxang Malabar, Wayang Orissa, Wayang Kartanak dan Wayang Andra Pradesh. Manfaat Wayang Berikut ini adalah manfaat wayang yaitu 1. Pendidikan Budi Pekerti Anak Wayang dapat dijadikan sarana pendidikan budi pekerti luhur yang efektif bagi anak-anak. Dalam pementasan wayang terdapat bentuk-bentuk ajaran moral yang lengkap dan kemudian dibakukan dalam bentuk sanepa, piwulang, dan pituduh bagi kehidupan manusia untuk mencapai kehidupan dalam suasana kedamaian. Dengan demikian, wayang merupakan cerminan falsafah hidup orang Jawa atau dengan kata lain wayang merupakan ungkapan filsafat Jawa. Pesan-pesan moral dalam masyarakat Jawa yang disampaikan lewat media seni wayang dapat berupa ungkapan-ungkapan tradisional yang mengandung makna pendidikan moral yang sering disebut sebagai adiluhung. Ungkapan tradisional seperti sing becik ketitik sing ala ketara yang baik kelihatan yang jelek kentara, titenana wong cidra mangsa langgenga perhatikan orang curang takkan abadi dan sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti keberanian, kekuatan, dan kejayaan dunia hancur oleh kebaikan menunjukkan bahwa eksistensi dan esensi moralitas dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Kebanyakan agama yang universal juga mengajarkan sikap hormat terhadap kehidupan manusia. Kata tumbuh bermula dari sesuatu yang telah ada dan menjadi milik kita. Sesuatu yang menjadi milik manusia tersebut berupa harta kultural yang telah dimiliki oleh manusia tersebut sejak lahir. Harta tersebut diperoleh dari pendidikan dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat. Minat adalah keadaan seseorang terhadap suatu hal. Dalam hal ini minat anak kepada sesuatu, sementara apakah anak tersebut berbakat atau mempunyai talenta tertentu terhadap sesuatu. Sesuatu yang dimaksudkan adalah harta kultural tersebut. Apabila bakat dan minat tersebut digabungkan kemudian dibantu dengan dorongan dari orang tua maka ia akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan si anak tersebut. Hal itu akan menjadikan anak tersebut mempunyai kemampuan tambahan atau kemampuan khusus di bidang selain pendidikan formalnya. Demikian Penjelasan Materi Tentang Wayang Adalah Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Asal-Usul, Jenis, Fungsi, Isi, Ragam, Perkembangan dan Manfaat Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi. Hasillukisan tidak bisa diperbaiki, jika ada kesalahan maka lukisan harus dibuat ulang dari awal. Hal inilah yang membuat harga kaca hias lukis cukup tinggi. Selain teknik penggarapan, di era modern ini penggunaan berbagai bahan dan alat juga bisa menjadi keunikan seni lukis kaca.
Daftar Isi Jenis Wayang di Indonesia 1. Wayang Kulit 2. Wayang Golek 3. Wayang Potehi 4. Wayang Orang 5. Wayang Beber Solo - Wayang adalah kesenian tradisional yang masih digandrungi masyarakat sampai sekarang. Meskipun pada mulanya wayang difungsikan untuk acara religius, tetapi kini wayang berkembang dengan berbagai cerita pada buku 'Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang' 2019 oleh Kustopo, wayang berasal dari bahasa Jawa 'wewayangan' yang berarti bayangan. Istilah tersebut digunakan karena pada zaman dulu untuk menonton pertunjukan wayang, penonton berada di belakang layar yang disebut kesenian wayang masih belum terbuktikan oleh para ahli secara tuntas. Meski demikian, menurut Serat Centhini tentang asal-usul wayang Purwa, disebutkan bahwa kesenian wayang awalnya diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Kediri. Sejak saat itu wayang kemudian berkembang menjadi berbagai jenis dan bentuk yang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Adapun beberapa jenis wayang yang populer di Indonesia, di antaranya adalah wayang kulit, wayang golek, wayang potehi, wayang orang, wayang beber. Berikut penjelasan Wayang KulitWayang kulit merupakan seni wayang yang terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Berdasarkan buku 'Rupa Wayang' 2020 oleh Aryo Sunaryo, terdapat pendapat yang mengatakan wayang kulit berasal dari India, sebagian pendapat lainnya mengatakan berasal dari Cina. Di sisi lain, terdapat pendapat yang mengatakan bahwa wayang kulit merupakan ciptaan asli Indonesia khususnya kulit awalnya berfungsi sebagai media untuk menghormati arwah nenek moyang. Seiring perkembangan zaman, wayang kulit kemudian mengalami pelebaran fungsi sebagai media hiburan, media penyebaran agama, hingga media propaganda wayang kulit biasa dimainkan oleh seorang dalang di balik kain putih kelir yang disorot lampu sehingga menghasilkan bayangan pergerakan wayang. Pementasan tersebut diiringi musik gamelan khas oleh sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh Wayang GolekMengutip laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, wayang golek merupakan pertunjukan wayang dari boneka kayu yang dibuat dengan diukir dan diwarnai sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk orang. Bagian kepala, badan, dan lengan wayang golek dihubungkan oleh sebatang kayu kecil bulat yang biasa disebut sebagai tuding atau wayang golek biasanya difungsikan sebagai media untuk bercerita, edukasi, dakwah, maupun hiburan yang lakonnya didasarkan pada kisah sejarah Jawa, Mahabharata, Ramayana, maupun kehidupan sehari-hari Wayang PotehiJika wayang kulit dan wayang golek mengangkat kisah Mahabharata dan Ramayana, wayang potehi justru mengangkat kisah dan karakter dari legenda Tionghoa. Berdasarkan laman yang dikelola Kemenparekraf, karakteristik wayang potehi tersebut merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan sendiri berasal dari kata 'Pou' yang berarti kain, 'te' yang berarti kantong, dan 'hi' yang berarti boneka. Oleh karena itu, secara istilah potehi diartikan sebagai boneka berbentuk kantong yang dimainkan dengan lima jari potehi dimainkan oleh dalang dengan menggunakan kelima jari. Tiga jari dalang mengendalikan kepala, sedangkan ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan wayang. Pertunjukan tersebut diiringi oleh musik yang terdiri dari gembreng, kecer atau simbal, cheh dan puah, rebab, rebana, terompet, dan Wayang OrangMengutip laman Kemdikbud, wayang orang atau wayang wong merupakan wayang yang diperagakan oleh manusia berkostum atau mengenakan pakaian yang sesuai dengan tokoh wayang yang diperankannya. Wayang orang tidak dimainkan oleh dalang karena setiap tokoh dapat bergerak dan berdialog sendiri, sedangkan dalang berperan sebagai cerita wayang orang biasanya diambil dari Babad Purwo, Ramayana dan Mahabharata. Dalam penyelenggaraan suatu pentas wayang orang secara lengkap diperlukan 35 orang. Mereka terbagi menjadi 20 orang pemain pria dan wanita, 12 orang penabuh gamelan yang merangkap wiraswara, 2 orang sebagai waranggana, dan 1 orang sebagai wayang orang biasanya memakan waktu 7 sampai 8 jam untuk satu lakon dan biasanya dilakukan pada malam hari. Pementasan panggung biasanya didesain realistis dan tata rias yang digunakan disesuaikan dengan bentuk wayang yang Wayang BeberWayang beber merupakan seni yang berbentuk lembaran beberan. Mengutip laman Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, lembaran wayang beber berisi lukisan berkisah yang tersaji dalam sejumlah adegan atau beber sudah ada sejak zaman Kerajaan Jenggala pada 1223 M dalam bentuk lukisan di daun siwalan atau lontar. Penamaan wayang beber berasal dari cara memainkannya yang dilakukan dengan membeberkan atau membentangkan layar atau kertas umumnya, wayang pertunjukan wayang beber memakan waktu sekitar 90 menit. Pertunjukan wayang beber dilakukan oleh dalang yang menceritakan adegan demi adegan di gulungan dan diiringi gong, kenong, kendang, dan rebab dengan notasi jenis-jenis wayang paling populer di Indonesia yang biasa dipertunjukkan di Indonesia. Semoga bermanfaat, Lur!Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. Simak Video "Kondisi Memprihatinkan Situs Candi Kayen Pati" [GambasVideo 20detik] dil/aku
1 Wayang yang belum diwarnai disebut. 2. Bentuk tatah kuku sebagai alat untuk membuat wayang kulit, yaitu. 3. Tangan pada kerajinan wayang berpola. 4. Evaluasi hasil usaha atau bisnis merupakan tahap yang sangat penting di dalam. 5. Semacam palu besar yang terbuat dari kayu keras disebut. 6.
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 204445 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d85e405b808b7de • Your IP • Performance & security by Cloudflare

Wayangdiyakini telah ada dalam budaya Jawa sekitar abad ke-15, sebelum berkembangnya ajaran Islam di Nusantara. Setyo Budi mengatakan Wayang Kulit adalah seni pertunjukan wayang kulit yang terbuat dari bahan kulit binatang berbentuk pipih, diwarnai dan dipotong. Oleh karena itu Wayang memiliki tokoh yang terkenal dengan Daran (pemeran boneka) dan Play (pemeran) .

Berisikan materi yang sama dengan Contoh Soal Essay Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X Semester 1 Kurikulum 2013 bagian pertama soal nomor 1-10, soal essai/uraian prakarya bagian kedua dimulai dari soal nomor 11. 11. Alat yang digunakan untuk menatah wayang kulit adalah.... Jawaban tatah 12. Keris adalah senjata khas yang digunakan oleh daerah-daerah yang memiliki rumpun.... Jawaban melayu 13. Selain jiwa seni, dalam membuat kerajinan tangan tentunya dibutuhkan.... Jawaban keatifitas yang tinggi 14. Suatu sistem dan di dalamnya terkandung tiga unsur, yaitu input, proses, dan output disebut sistem.... Jawaban produksi 15. Untuk membuat pola berbentuk lurus dalam pembuatan wayang kulit digunakan.... Jawaban penggaris 16. Wayang yang belum diwarnai disebut.... Jawaban putihan 17. Bentuk tatah kuku sebagai alat untuk membuat wayang kulit, yaitu.... Jawaban seperti kutu 18. Tangan pada kerajinan wayang berpola.... Jawaban lurus 19. Evaluasi hasil usaha atau bisnis merupakan tahap yang sangat penting di dalam.... Jawaban manajemen usaha 20. Semacam palu besar yang terbuat dari kayu keras disebut.... Jawaban ganden 21. Pada awalnya batik dibuat dengan menggunakan kain..... Jawaban mori 22. ....Bahan yang dioleskan sesekali pada tatah agar tatah menjadi licin dan lebih mudah digunakan untuk menatah Jawaban malam atau lilin 23. Alat apa yang digunakan untuk mengasah tatah apabila tatah terasa mulai tumpul? Jawaban batu asahan 24. Sepotong kayu besar yang digunakan sebagai landasan ketika menatah wayang adalah.... Jawaban pandukan 25. Sisa potongan kulit sapi/kerbau disebut? Jawaban leresan 26. Pisau yang digunakan untuk mengerok kulit kerbau disebut? Jawaban pethel 27. Kulit sintetis buatan pabrik untuk bahan baku wayang kulit disebut? Jawaban kulit split 28. ....digunakan untuk membuat pola berbentuk bulat Jawaban jangka 29. Memberi hiasan atau warna pada wayang disebut.... Jawaban menyungging 30. Bahan baku pembuatan wayang kulit berupa.... Thanks for reading Contoh Soal Essay Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X Semester 1 Kurikulum 2013 ~ Part-2
Bentuktarian lokal yang diwarnai oleh budaya Islam misalnya tari Zipin. Tari ini diiringi oleh musik dengan nada qasidah dan gambus. Zipin umumnya dipertontonkan dalam upacara atau perayaan tertentu seperti khitanan, pernikahan, dan hari bedar. Tari lainnya yang dipengaruhi budaya Islam adalah tari Seudati dari Aceh, yang kerap disebut tari Saman.
Indonesia itu dikenal sebagai negara yang mempunyai warisan budaya yang beraneka ragam, salah satunya adalah wayang. Kalau kamu belum tau, kata Wayang itu berasal dari bahasa Indonesia yaitu bayang yang kemudian diadaptasi pengucapannya ke dalam bahasa Jawa, jadinya lebih sering disebut Wayang. Kalau dalam bahasa Inggris sering nyebutnya shadow puppet theatre. Sebenarnya pertunjukan boneka puppet tidak hanya ada di Indonesia, negara lain pun memiliki pertunjukan boneka yang disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Tapi pertunjukan bayangan boneka atau wayang di Indonesia punya gaya tutur dan keunikan sendiri dan merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Karena itulah pada 07 November 2003, UNESCO memasukkan wayang ke dalam daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia dari Indonesia. Nah di Indonesia sendiri, wayang memiliki banyak varian. Emang apa aja sih? Langsung aja gan 1. Wayang Kulit Spoiler for " Wayang Kulit" Wayang yang paling sering dijumpai di Indonesia adalah wayang kulit. Kebanyakan sih di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang kerbau, lembu, atau kambing. Pertunjukan wayang kulit biasanya digelar pada saat hari-hari besar, atau jika ada acara selamatan untuk memperingati suatu hal. Dalam suatu pertunjukan wayang kulit biasanya meliputi unsur-unsur antara lain Lakon Wayang = Penyajian alur cerita dan penokohan karakter wayang beserta makna dari cerita tersebut. Sabet = Keterampilan dalang dalam memainkan seluruh gerak dari wayang. Catur = Yaitu narasi dan percakapan / dialog tokoh-tokoh wayang. Seorang dalang dituntut untuk bisa mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan bahkan bernyanyi untuk menghidupkan alur cerita perwayangan tersebut. Karawitan = Meliputi gendhing, sulukan dan berbagai properti panggung. Untuk lebih meramaikan suasana saat pementasan, biasanya dalang akan dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan tembang-tembang Jawa. Menurut sejarahnya, ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan dengan kebudayaan yang sudah ada, pertunjukan wayang kulit menjadi media yang efektif untuk menyebarkan agama Hindu dengan menceritakan kisah Ramayana dan Mahabarata. Demikian juga saat masuknya agama Islam di Indonesia. Ketika pertunjukan yang menampilkan "Tuhan" atau "Dewa" dalam wujud manusia dilarang, maka munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit binatang dimana saat pertunjukan yang ditonton hanya bayangannya saja. Kemudian berkembang kembali menjadi wayang Sadat yang digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai agama Islam. Sejarah berlanjut ketika seorang misionaris Katolik pada tahun 1960 menyebarkan agama Katolik di Indonesia mengembangkan wayang Wahyu dimana cerita-ceritanya mengambil sumber dari Alkitab. 2. Wayang Golek Spoiler for " Wayang Golek" Kalau wayang kulit lebih terkenal di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, maka wayang golek ini lebih populer di wilayah Jawa Barat atau bahasa kerennya Tanah Pasundan. Kata golek itu bisa bermakna mencari, atau bisa juga berarti boneka kayu. Salah satu fungsi wayang golek itu adalah untuk ngaruat ruwat, yaitu membersihkan dari hal-hal yang bersifat mencelakakan atau marabahaya. Biasanya pertunjukan wayang golek akan diiringi oleh gamelan Sunda salendro, yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong kempul dan goong, ditambah dengan seperangkat kendang sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter, gambang dan rebab. Kesenian wayang golek mulai berkembang di Jawa Barat diperkirakan pada abad ke-17 pada masa ekspansi Kesultanan Mataram. Padahal di masa tersebut masih ada beberapa pengaruh budaya warisan Hindu sebagai bekas wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran. Wayang golek mulai mendapatkan bentuk seperti yang sekarang kita kenal sekitar abad ke-19, dengan pakem dan jalan cerita yang mirip dengan versi wayang kulit Jawa. Tetapi wayang golek punya ciri khas tersendiri, salah satunya perbedaan dalam penamaan tokoh-tokoh punakawan dalam versi Sundanya. 3. Wayang Potehi Spoiler for " Wayang Potehi" Potehi berasal dari kata pou yang berarti kain, te yang artinya kantong, dan hi yaitu wayang. Sehingga wayang potehi kalau diartikan adalah boneka wayang yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangannya kedalam kain tersebut dan memainkannya seperti wayang-wayang yang lain. Dulunya wayang potehi hanya memainkan cerita-cerita klasik dari legenda dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok. Tetapi saat ini wayang potehi sudah mengambil cerita di luar kisah klasik seperti novel "Pilgrimage to the West" karya Se Yu dengan tokoh legendarisnya Kera Sakti. Wayang potehi masuk ke Indonesia melalui orang-orang Tionghoa yang merantau ke nusantara sekitar abad ke-16 sampai 19. Dari catatan seorang Inggris bernama Edmund Scott, dia melihat penyelenggaraan wayang potehi dua kali waktu dia pergi ke Banten yaitu antara 1602 dan 1625. Sandiwara pertunjukan wayang potehi yang dia tonton mulai pada tengah hari dan baru berakhir pada keesokan paginya. Pada tahun 1970-an sampai tahun 1990-an bisa disebut sebagai masa suram bagi wayang potehi. Sangat sulit menemukan pementasan wayang potehi disaat itu karena sulitnya mendapatkan perizinan. Namun setelah reformasi berjalan, wayang potehi bisa dipentaskan kembali tanpa harus sembunyi-sembunyi dan sekarang berkembang bersama kesenian tradisional Indonesia lainnya. 4. Wayang Orang Spoiler for " Wayang Orang" Sesuai dengan namanya, wayang orang tidak lagi dipertontonkan dengan memainkan boneka-boneka wayang, akan tetapi menampilkan manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Agar rupa mereka sama seperti pada versi wayang kulit, wayang orang juga memakai pakaian dan hiasan-hiasan yang identik dengan tokoh yang diperankannya seperti yang dipertontonkan dalam wayang kulit. Gak jarang juga wajah pemain wayang orang dihias dengan tata rias atau lukisan yang mencerminkan watak dari tokoh yang diperankannya. Warna merah misalnya, menggambarkan karakter yang keras, kurang sabar dan penuh keangkaramurkaan. Warna hitam menggambarkan karakter penuh kebijaksanaan dan bertanggung jawab. Warna putih menggambarkan karakter yang bersih dan suci. Sedangkan warna emas prada, menggambarkan karakter yang tenang serta mawas diri. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731. Awalnya, wayang orang dilakukan hanya sebagai hiburan bangsawan di empat istana Yogyakarta dan Surakarta. Dalam perjalanan waktu, wayang orang menyebar menjadi populer dan menjadi salah satu bentuk hiburan kepada rakyat. Kesenian wayang orang ini kemudian mengalami perubahan dan beberapa penyesuaian diantaranya yang kita kenal sebagai ketoprak dan ludruk. 5. Wayang Band Spoiler for " Wayang Band" Wayang Band masuk ke Indonesia pada tahun 1995. Maksudnya wayang band disini adalah sebuah grup band yang namanya Wayang, bukan wayang yang bisa ngeband. Nama Wayang sendiri diambil dari inisial masing-masing personelnya, yaitu Wahyu Adrianto, Ahmad Fauzi, Ramdan Wahyudi, dan Gilang Ariestya. Wayang band meraih puncah popularitas pada akhir dekade 90-an dengan lagunya Damai dan Dongeng. Bahkan dalam lagu Dongeng, alm. Ibu Kasur turut mengisi bagian suara Nenek yang bercerita tentang kisah si kancil. Yang paling dikenang dari Wayang band saat itu adalah drummernya Gilang, yang saat itu masih berusia sangat belia. Sehingga kemanapun Wayang Band tampil, akan terdengar teriakan histeris dari mbak-mbak ABG "Gilang.....Gilang......." Sebenarnya kebudayaan Indonesia itu masih banyak banget. Nah kalau orang luar negeri aja kagum sama keragaman budaya Indonesia, masa kita enggak?? Sumber 03-04-2016 1538 GambarWayang Raden Werkudara yang belum diwarnai 2. Gambar Wayang Raden Werkudara Wanda Bedhil. 3. Gambar Wayang Raden Werkudara Wanda Lindu Panon Surakarta pada hakekanya merupakan perlambang seorang Jawa yang sempurna yang disebut sebagai Satriya Pinandita. PENDAHULUAN dan bah commit to user 1 BAB I
- Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Salah satu produk kebudayaan tersebut adalah kesenian wayang. Wayang memiliki arti bayangan, semacam seni drama yang menggunakan boneka-boneka yang digerakkan oleh dalang. Bayangan boneka ini ditangkap di atas kelir. Penonton harus melihat dari belakang layar agar dapat menyaksikan bayangan wayang tersebut. Pertunjukan wayang pada mulanya adalah upacara pemujaan arwah nenek moyang. Peran wayang dalam upacara itu sebagai perantara atau medium antara dunia nyata dan dunia gaib. Oleh karena itu, pada masa lalu, wayang dimainkan di ruangan suci dalam rumah orang Jawa yang dikenal dengan Pringgitan. Ruangan pringgitan biasanya ada di perbatasan antara pendopo dalem. Pertunjukan wayang sebagai upacara keagamaan disertai dengan musik gamelan yang disesuaikan dengan keadaan alam. Misalnya, antara jam 6 sore dan 9 malam, bunyi gamelan mengikuti suara di alam yang seakan-akan sedang istirahat menuju suasana tidur. Lalu, jam 9 malam sampai 2 malam saat "alam" tidur nyenyak, suara gamelan menjadi lebih berat dan mendalam. Mulai jam 2 malam hingga 6 pagi, ketika "alam" menuju ke suasana bangun, bunyi gamelan bertambah santai dan suaranya keras. Ada banyak jenis wayang yang berkembang di Indonesia. Mengutip dari buku Antropologi terbitan Departemen Pendidikan Nasional 2009 dan beberapa sumber lain, berikut sebagian jenis wayang yang ada di Indonesia. 1. Wayang KulitWayang kulit adalah wayang yang terbuat dari kulit binatang seperti sapi ataupun kerbau. Nama lain dari wayang kulit adalah wayang Purwa. Purwa berasal dari bahasa Sansekerta “parwa” yang berarti bagian dari buku Mahabharata. Diperkirakan, wayang kulit telah ada sejak abad ke-11 di masa pemerintahan raja Airlangga. Cerita yang dibawakan oleh wayang kulit diadaptasi dari kitab Mahabharata dan Ramayana. Namun, alur cerita yang berkembang di pertunjukan wayang kulit kemudian disesuaikan dengan suasana dan kepribadian masyarakat Indonesia. Wayang kulit terdiri dari beberapa gaya atau gagrak. Misalnya, gagrak Kasunanan, Mangkunegara, Ngayogjokarto, Banyumasan,Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan Wayang BeberWayang Beber merupakan jenis wayang tertua di Indonesia dan diperkirakan telah ada sejak 1223 M, atau saat zaman kerajaan Jenggala. Nama wayang beber diambil dari cara memainkannya yaitu dengan melukis adegan di kain yang dapat digulung dan dibuka dibeber. Saat adegan-adegan di Wayang Beber berlangsung akan diiringi oleh gamelan. Wayang Beber dulu menceritakan tentang kisah dari Mahabharata dan Ramayana. Namun, seiring berjalannya waktu, wayang ini menceritakan kisah sesuai dengan masa. Mulai dari kisah raja-raja di Jawa, hingga kehidupan sehari-hari dan mengkritisi kondisi masyarakat. 3. Wayang KrucilWayang Krucil memiliki nama lain, Wayang Klitik, dikarenakan ukurannya yang lebih kecil daripada wayang Purwa. Wayang Krucil biasa menceritakan cerita pada zaman Majapahit atau Krucil merupakan wayang khas Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Selain dari segi bentuknya berukuran lebih kecil, wayang krucil memiliki perbedaan dengan wayang jenis lainnya dalam aspek bahan. Wayang krucil terbuat dari kombhinasi kayu dan kulit sapi. Wayang Krucil termasuk kedalam 75 jenis wayang punah di Indonesia, demikian tercatat di artikel berjudul "Strategi Melestarikan Kesenian Wayang Krucil melalui Program One Village One Product di Kabupaten Blora" dalam Jurnal Abdimas Vol 23, No 1, 2019 terbitan Unnes. 4. Wayang GedogWayang Gedog memiliki bentuk seperti wayang kulit, tapi terbuat dari kayu. Nama Gedog memiliki arti kandang kuda. Disebut wayang gedog karena banyak tokoh yang memiliki nama dengan kata “kuda” cerita jenis wayang ini. Contoh, Panji Kudawanengpati. Wayang Gedog biasa menceritakan kisah di zaman Kediri dan Jenggala cerita panji.Dikutip dari artikel bertajuk "Pelestarian dan Pengembangan Wayang Gedog" di dalam Jurnal Gelar Vol 11, No 2, 2013 terbitan ISI Surakarta, posisi wayang gedog berada di antara genre wayang purwa dan wasana. Hal ini berarti cerita wayang gedog berada dalam genre wayang madya. Wayang gedog memiliki spesifikasi unik dalam hal cerita atau lakon yang dipergelarkan, bentuk boneka wayang, maupun penggunaan gending dan sulukan di pertunjukannya. Dari segi cerita, wayang gedog mempresentasikan cerita yang bersumber dari Serat Panji, dengan inti lakon mengenai pertemuan tokoh utama Panji Inukertapati atau Panji Asmarabangun dan isterinya Dewi Sekartaji Galuh Candrakirana.Sementara dari segi bentuk, boneka wayang gedog dilengkapi dengan tekes, keris, dan rapèkan. Gending dan sulukan di wayang ini juga khusus bernada laras pelog. Wayang gedog diperkirakan muncul pada abad XV, merujuk keterangan dari Serat Centhini. Padamasa pemerintahan Paku Buwana X di Surakarta, wayang gedog pernah mengalami perkembangan signifikan. Wayang gedog saat itu kerap dipergelarkan pada berbagai upacara kraton berasamaan dengan pertunjukan wayang purwa. 5. Wayang GolekWayang Golek merupakan wayang yang terbuat dari kayu yang dikombinasikan dengan kain untuk pakaiannya. Wayang Golek diperkirakan telah ada sejak abad 17, serta merupakan pengembangan wayang kulit. Jika wayang Beber dan wayang purwa lebih banyak tersebar di daerah Jawa bagian Timur dan juga Tengah, maka wayang golek lebih banyak tersebar di kawasan Jawa Barat. Dari segi pertunjukan, Wayang Golek sama dengan wayang lainnya Lakon dan cerita dimainkan oleh seorang dalang. Sementara vokal pesinden dan suara gamelan jadi pengiring saat wayang ini wayang golek dipentaskan dengan menggunakan bahasa sunda. Adapun pakem dan jalan cerita wayang Golek sama dengan wayang kulit. Contohnya, mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata. Seiring dengan berkembangnya zaman, wayang golek tidak hanya menceritakan kisah Ramayana dan Mahabarata, tapi juga kisah-kisah bernuansa islam hingga cerita kehidupan sehari-hari. 6. Wayang OrangWayang orang adalah wayang yang diperankan oleh orang-orang dengan pakaian seperti wayang. Para pemain dapat berdialog langsung sesuai jalannya cerita. Wayang Orang pertama kali muncul pada abad ke-18 di Solo dan dicetuskan KGPAA Mangkunegoro I. Wayang Orang terinspirasi dari seni drama yang berkembang di Eropa. Keinginan Mangkunegoro I inilah yang pada akhirnya mendasari terwujudkan pertunjukan Wayang dalam pertunjukan wayang orang berperan sebagai sejenis sutradara. Sumber cerita yang dibawakan adalah Ramayana dan Mahabharata. Serta pertunjukannya diiringi musik gamelan. 7. Wayang SuluhWayang Suluh merupakan wayang yang diperankan manusia zaman sekarang termasuk juga cara berpakaiannya. Wayang Suluh ada sejak zaman penjajahan Jepang yang bermaksud memberikan penerangan penyuluhan kepada masyarakat. Sumber cerita pada wayang ini diambil dari zaman berdirinya Indonesia dan masa perang suluh kemudian berkembang di masa revolusi kemerdekaan sebagai alat propaganda yang mendukung perjuangan rakyat Indonesia. Namun, berdasarkan sumber lain yang dilansir laman Kemendikbud, Wayang Suluh pada dasarnya adaah peningkatan dari wayang wahana. Merujuk sumber yang sama, Wayang Suluh pada awalnya merupakan wayang yang diciptakan oleh Raden Mas Soetarto harjowahono, di Surakarta pada tahun 1920 dengan cerita-cerita biasa yang realistis. Lantas, pada tahun 1947, Departemen Penerangan RI mengambil alih bentuk wayang itu sebagai media penyuluhan, sehingga ia dinamakan wayang tokoh-tokoh di wayang suluh sengaja dibuat realistik, mirip manusia yang digambar miring dan diberi pegangannya seperti wayang kulit. Dari segi potongan maupun pakaian, bentuk tokoh di wayang suluh agak menyerupai orang dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan ceritanya diambil dari cerita kekinian sesuai era kehadirannya. Karena pementasannya mengusung cerita-cerita yang dekat dengan masyarakat pada eranya, ia dapat dikatakan sebagai wayang sandiwara, yang kemudian dinilai cocok menjadi alat juga Asep Sunandar Sunarya Humor dan Inovasi dalam Wayang Golek Di Balik Unggahan Gambar Wayang di Akun Media Sosial Jokowi Pendidikan Pandemi Lewat Pagelaran Wayang - Pendidikan Kontributor Endah MurniasehPenulis Endah MurniasehEditor Addi M Idhom
2h3V.
  • ozyh90gmt7.pages.dev/393
  • ozyh90gmt7.pages.dev/17
  • ozyh90gmt7.pages.dev/113
  • ozyh90gmt7.pages.dev/63
  • ozyh90gmt7.pages.dev/95
  • ozyh90gmt7.pages.dev/12
  • ozyh90gmt7.pages.dev/474
  • ozyh90gmt7.pages.dev/429
  • wayang yang belum diwarnai disebut